Ketika AMAL tak Mengantarkan ke SURGA


بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّحِيْمِ




Assalamu’alaykum Wr.Wb
Hai para pembaca setiaku. Apa kabarnya nih hari ini ? semoga sehat selalu ya ,jadi kan bisa baca post-an saya .hehehe J J J. Oya, kalo saya bilang apa kabar, kamu-kamu yang baca disana entah dimana please say “Alhamdulillah Sehat Selalu Allahu Akbar” ya ,oke ,hehehe. Maaf ini kalo semboyan kabar saya biasa saja. Kalo ada yang mau kasih saran comment aja .hehehe maaf ya, jadi ngawur bahas semboyan .
Oke oke, kali ini nih saya berbagi tentang amal. Mohon maaf ya, post-an ini bukan bikin sendiri tapi boleh ambil dari surat kabar dan mohon maaf juga bila ada yang sudah baca .Saya ambil judul ini karena sangat bagus sekali. Dan mungkin banyak banget yang bersikap seperti ini meski tidak sadarkan diri.
Silahkan baca ya ,semoga bermanfaat J
----------------------------------------------------------
Allah SWT Maha Mengetahui niat hati manusia....
Abu Hurairah pernah mengisahkan tentang tiga nasib orang yang beramal, tetapi tidak beruntung. Mereka akhirnya masuk neraka. Padahal, selama hidup di dunia mereka yakin dengan amalnya yang bakal mengantarkan mereka ke surga.

Kisah ini dinukilkan oleh banyak pakar hadis, antara lain, Imam Muslim, an-Nasa’i, Ahmad, dan Baihaqy. Kisah yang sama dalam teks hadis yang berbeda juga diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan al-Hakim.

Namun, pengadilan Allah SWT jauh berbeda dengan pengadilan manusia. Allah Mahatahu segala hal meski ukurannya seberat atom. Allah pun memiliki sifat Mahaadil yang memutuskan setiap perkara tanpa zalim. Tiga orang yang merasa menjadi calon penghuni surga ini pun tergelak. Mereka yang terdiri atas orang-orang saleh itu justru berakhir di neraka.

Apa gerangan yang terjadi? Rupanya mereka hanyalah saleh di pandangan manusia, tapi tak menauhidkan Allah dalam niat amal mereka.

Orang pertama dipanggil menghadap Allah. Ia merupakan seorang pria yang mati syahid. Si pria mengakui banyaknya nikmat yang diberikan Allah padanya. Allah pun bertanya, “Apa yang telah kau perbuat dengan berbagai nikmat itu?” Mujahid itu menjawab, “Saya telah berperang karena-Mu sehingga saya mati syahid,” ujarnya. Allah pun menyangkalnya, “Kau telah berdusta. Kau berperang agar namamu disebut manusia sebagai orang yang pemberani. Dan, ternyata kamu telah disebut-sebut demikian,” firman-Nya.
Kemudian, Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-Nya. Akhirnya, mujahid riya itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke neraka.

Orang kedua pun dipanggil. Ia merupakan seorang ahli agama yang alim. Penuntut ilmu yang mengamalkan ilmunya dan mengajarkan Al-Qur’an kepada manusia. Seperti orang pertama. Allah bertanya hal sama, “Apa yang telah engkau perbuat dengan berbagai nikmat itu?” Sang ulama menjawab, “Saya telah membaca, mempelajari, dan mengajarkannya Al-Qur’an karena Engkau,” ujarnya.

Namun, Allah berfirman, “Kamu berdusta. Kau mempelajari ilmu agar disebut sebagai seorang alim dan kau membaca Al-Qur’an agar kamu disebut sebagai seorang qari.” Allah mengadili.

Kemudian Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-Nya. Akhirnya, alim ulama itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke neraka.

Selanjutnya, orang ketiga pun dipanggil. Ia seorang yang memiliki kekayaan berlimpah dan terkenal karena kedermawanannya, didatangkan di hadapan Allah. Seperti orang pertama dan kedua. Allah bertanya hal sama, “Apa yang telah engkau perbuat dengan berbagai nikmat itu?” Sang dermawan itu menjawab, “Semua harta kekayaan yang aku punya tidak aku sukai, kecuali aku sedekah karena-Mu.”

Allah kembali berfirman, “Kamu berdusta. Kamu melakukan itu agar orang-orang menyebutmu orang dermawan dan murah hati.”
Kemudian, Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-Nya. Akhirnya, sang dermawan itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke neraka.

Abu Hurairah juga berkata, Rasulullah SAW pernah menepuk pahaku seraya bersabda, “Wahai Abu Hurairah, mereka adalah manusia pertama yang merasakan panasnya api neraka jahanam pada hari kiamat nanti.” (HR. Muslim)
Seberapa pun besar amalan yang dilakukan seorang hamba akan sia-sia bila tidak disertai dengan ikhlas menggapai ridha-Nya.

(sumber: Surat kabar Republika 2014)

0 komentar:



Posting Komentar