Napas Waktu Subuh



 بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Assalamu’alaykum Wr.Wb

Hai para muslim dan muslimah yang dikasihi Allah SWT. Bagaimana nih kabarnya ?? semoga baik-baik saja ya .Aaamiiin.............. Jangan bosen-bosen ya untuk membaca blog ini. hehehe :) :) :)


Kali ini saya akan memberikan sebuah artikel, mungkin bisa dibilang seperti itu sih hehehe. Artikel ini saya ambil dari sebuah surat kabar yaitu Republika. Oke deh tanpa basi-basi, langsung saja baca artikel ini. Selamat membaca ,semoga bermanfaat :) :) :)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------


Dalam Al-Qur’an Allah SWT sering bersumpah dengan waktu, dari waktu fajar (subuh), dhuha, siang hari, sore, dan senja (ashar), hingga malam hari. Menurut para pakar tafsir, setiap benda atau sesuatu yang dijadikan objek sumpah oleh Allah terkandung di dalamnya dua makna.
Pertama, menunjukkan sesuatu itu penting atau terkandung kebaikan di dalamnya. Kedua, ia menjadi tanda atau penunjuk jalan bagi kekuasaan dan kebesaran Allah SWT yang mesti dipahami.

Dalam surah at-Takwir, Allah bersumpah dengan waktu subuh. “Dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.” (QS. At-Takwir [81] : 18). Sumpah ini menarik. Dalam Al-Qur’an tidak ada benda tidak bernyawa dinyatakan “bernapas” (hidup), kecuali waktu subuh. Apa maksudnya?

 Mutawalli Sya’rawi memahami ayat ini sebagai tasybih, yakni analogi kedatangan agama Islam dengan waktu subuh. Subuh merupakan permulaan hari ketika cahaya (fajar) mulai bersinar. Subuh juga menyemburkan udara segar yang sangat berguna bagi kesehatan manusia.
Seperti waktu subuh, kedatangan agama Islam memulai kehidupan baru, menyibak kegelapan kelam jahiliyah. Dengan Islam, kehidupan bisa dimulai kembali dan manusia bisa bernapas lega dengan bimbingan dan petunjuk Al-Qur’an.

Karena bercahaya dan mengeluarkan udara segar, waktu subuh dipandang sebagai makhluk hidup, bernapas (bernyawa). Kalau pada malam hari pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan mengeluarkan oksigen alias udara pagi yang bersih dan sejuk.

Napas waktu subuh itu berkah bagi manusia. Nabi Muhammad SAW pernah berdo’a, “Allahumma barik li-ummati fi bukuriha” (Ya Allah berikan keberkahan bagi umatku pada permulaan harinya.) (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Keberkahan waktu subuh itu berdimensi fisik dan nonfisik (spiritual). Dari sisi spiritual, dua rakaat shalat (sunnah) fajar disebut oleh Nabi SAW. “lebih baik dari dunia dan segala isinya.” (HR. Muslim) 

Orang-orang terbaik dari generasi sahabat dan tabi’in [al-salaf al-shalih] tidak pernah tidur lagi setelah melakukan shalat Subuh. Mereka berdzikir dan membaca wirid-wirid hingga mata hari terbit. Tak lama setelah itu, mereka melaksanakan shalat Dhuha, kemudian mereka memulai kerja dan aktivitas.

Dari sisi fisik dunia (duniawi), keberkahan (nafas) waktu subuh itu dikaitkan dengan kesehatan, kmajuan ekonomi, dan kesuksesan dalam hidup. Rasulullah SAW pernah mengingatkan Fatimah az-Zahra, putrinya agar tidak tidur lagi setelah shalat Subuh. (HR. Baihaqi)

Pada kesempatan lain, Rasul juga mengingatkannya agar bangun pagi dan giat mencari rezeki. Sebagaimana sabdanya, “Bangunlah pagi hari untuk mencari rezeki dan kebutuhan-kebutuhanmu. Sesungguhnya pada pagi hari terdapat berkah dan keberuntungan.” (HR. Thabrani dan Al-Bazzar)

Dalam banyak penelitian diketahui, orang yang rajin bangun pagi, beribadah, dan berolahraga, ia lebih sehat (bugar), lebih produktif, dan memiliki peluang lebih besar meraih kesuksesan. Bagi orang-orang yang tinggal di perkotaan, keberkahan waktu subuh itu sangat nyata. Tidak bangun pagi, berarti petaka. Telat pergi ke kantor, stres di jalan karena macet, dan bayak energi terbuang percuma. Wallahu a’Lam.
(sumber: surat kabar republika 2014)
 

0 komentar:



Posting Komentar